Views: 157
Kisah Muna, alumni UT yang salonnya banjir pelanggan
Anda punya penilaian seperti apa, jika ada mahasiswa Universitas Terbuka (UT) seperti ini. Sibuknya luar biasa, lulus tepat waktu, dan nilainya nggak main-main. Dialah Muna Amah, wisudawan Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan. “Saya memilih program studi ini karena kata banyak orang lahan kerjanya sangat luas”, demikian Muna mengawali obrolan santai di ruang wisuda Kantor UT Semarang, Jalan Raya Semarang Kendal km 14,5 Mangkang Wetan.
Dengan raihan IPK yang diimpikan, Muna bisa merasakan nikmatnya mencapai gelar pustakawan, walaupun ia saat ini tidak bekerja di lingkungan perpustakaan. Tapi jangan salah, tunggu dulu. Gadis kelahiran Januari 1993 ini justru bisa menyelipkan pengalaman studinya di UT, di saat ia bekerja sebagai perias kecantikan.
“Ada, saya punya salon khusus wanita di Pegandon Kendal. Pelanggan saya semuanya wanita yang ingin tampil cantik, modis, dan kekinian. Meskipun mereka berhijab, saya bisa menangani mereka hingga pria terpukau hehe…”, kata gadis alumni SMAN 1 Pegandon ini berkelakar.
Ketika disinggung tentang ongkos kerja, Muna menjawab simpel. “Kendal, khususnya Pegandong tempat saya kerja salon, bukan lokasi yang dekat kota. Jauh dari Semarang, tapi pelanggan saya berani membayar jasa saya 500 ribu buat mempercantik diri. Mulai potong rambut, catok, hingga colouring. Tiga kerjaan itu 500 ribu dan mereka enteng saja bayar itu. Alhamdulillah, gitu saja antrinya masya Allah, kadang ada yang harus request seminggu dua minggu sebelumnya”.
Kaitannya dengan studi yang ia raih di UT, Muna menjelaskan bahwa pelanggan salonnya juga butuh edukasi. Ketika pelanggan menunggu antrian, mereka saya suguhi brosur tentang lingkup wanita. ‘Misalnya tentang keselamatan diri, perlindungan diri, cara meningkatkan keyakinan atau pede, gitu Mas…”, paparnya.
Baginya, wanita harus dientaskan dari sisi yang selama ini dianggap remeh. Wanita punya power dan mereka harus unggul meskipun ada faktor kesibukan rumah tangga, mengurus anak, mengelola stres, problem rumah tangga, atau kerjaan yang menumpuk.
“Mereka ke salon buat wisata diri dan enjoy bersantai ria”, ujar anak kelima dari tujuh bersaudara, dari pasangan Achmad Bisri dan Tasliyah. Muna memang punya semangat kerja tinggi, untuk membuktikan pada orang tuanya – yang berprofesi sebagai petani bawang – bahwa ia bisa mandiri. Bagi Muna, cuma ada satu hal yang belum bisa ia buktikan saat ini, yaitu tentang pasangan hidup. “Nggak cari yang susah atau nyusahin. Asal dia seagama, beres, selanjutnya bungkus aja Mas. Dan saya nggak mikir masalah keuangan. Yang penting ada, pas saya butuh. Gitu saja siih, hehe…”, ucap Muna yang memang suka bercanda. (hasca)