Kenakalan Masyarakat, Ternyata Dimulai dari Hal Sederhana Ini

Views: 33

Sebaiknya kita tidak menganggap remeh kenakalan masyarakat, yang acapkali muncul di tiap jenjang usia. Yang sering disebut-sebut hanyalah kenakalan remaja. Padahal kenakalan anak-anak pun sudah mulai banyak jenisnya. Di artikel ini, akan dibahas beberapa jenis kenakalan masyarakat, tanpa memandang usia.

Dikutip dari sebuah sumber ilmiah, seorang ahli dalam bukunya Keluarga, Kontrol Sosial dan ‘Strain”: Model Kontinuitas Delinquency Remaja, menyatakan bahwa ada beberapa jenis kenakalan remaja yang sering dijumpai. Ia hanya membatasi dalam konteks remaja, walaupun tindakan ini juga dilakukan oleh kalangan anak-anak dan manusia dewasa (Purwandari, 2011). Di antara beberapa jenis itu, ada kenakalan yang namanya kenakalan biasa. Contoh tindakannya adalah suka keluyuran, berkelahi, membolos sekolah, atau pergi dari rumah tanpa pamit.

Sepertinya keluyuran adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh anak-anak, apalagi di saat libur sekolah. Mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk berkumpul dengan teman di lingkungan rumah. Ada motif bersosialisasi dan tak mau dikucilkan oleh lingkungan, dan dipilihkan jalan bersama dengan teman sekitar rumah. Arah jalannya pun sesuka mereka. Ke kebun, ke sungai, atau ke tempat lain yang belum pernah dijamah.

Ada rasa penasaran ketika mereka melakukan perjalanan ini. Mereka merasakan sensasi gembira dan bisa berkaata sebebasnya, semerdeka mereka. Namun ternyata bukan itu yang terjadi. Di saat mereka bertemu dan berkumpul dengan teman sebaya, ada kemungkinan di antara mereka yang sudah punya bibit nakal sebelumnya. Dan di saat inilah mereka menyebarkan bibit itu dan ditiru oleh teman lain yang belum pernah mengalaminya.

Simpel sekali: keluyuran tapi hasilnya negatif, bisa berupa ucapan kata-kata kasar dn kotor. Bisa juga berupa tindakan yang tak patut dilakukan. Mereka anggap itu hal biasa, padahal dari sinilah mereka akan jadi terbiasa. Terbiasa bicara jorok, kotor, kasar, merendahkan orang lain, tidak menghormati orang tua, atau banyak lagi tiruan lainnya.

Oleh karena ia merasa terbiasa dan tidak diingatkan kesalahannya, maka hal sederhana ini akan melebar ke mana-mana. Bentuknya bukan lagi berupa ucapan. Bisa saja berupa tindakan, perilaku sehari-hari, dan berbagai modus lain. Apakah kita akan membiarkan ini menjadi habit mereka? Tidakkah kita cemas akan hal ini? Agar kita bisa menata ulang mindset mereka, ada baiknya mulailah turun gunung dan melakukan pendekatan ke anak. Sebelum semuanya terjadi dan makin tak karuan, sebagai orang tua mulai bisa mendekatkan diri ke anak. Ajakan ngobrol di meja makan bisa menjadi salah satu obat. Sapaan dengan penuh kasih sayang bisa meluruhkan hati anak yang terbentuk kaku akibat bergaul dengan temannya. Apa lagi yang bisa kita lakukan untuk mereka, silakan ikuti kajian lanjutannya di web ini. Agar kita sama-sama memahami dan bisa mengendalikan keluarga, ikuti terus ulasan ini hingga detail dan kita terjaga dari kelalaian yang tak berarti.