Mengenal akhlak madzmumah untuk keberhasilan anak

Views: 32

Kenakalan adalah perbuatan tercela. Seperti biasa, kita masih saja menganggap kenakalan remaja sebagai hal biasa. Lumrah. Padahal seharusnya tidak demikian cara kita menyikapinya.

Perlu ada rasa cemas bahwa kenakalan akan memberikan dampak buruk bagi pelakunya. Dampak tersebut tidak selalu langsung dirasakan atau disaksikan hasilnya secara cepat. Dampak buruk bisa merupakan delayed impact yang menjadi bom waktu.

Namanya saja bom, tentu akibatnya lebih banyak negatifnya daripada positif. Sebagai orang tua, tak cukup hanya merasa kaget, terperangah, atau cemas jika mendapati anaknya melakukan tindak kenakalan. Jika sekadar merasa cemas atau prihatin, maka keinginan untuk mengubah perilaku anak pun akan terlambat.

Dalam pemahaman Islam, kenakalan merupakan sebuah ekspresi akhlak, yang masuk kategori akhlak madzmumah. Akhlak jenis ini lebih berbahaya sebab menjurus pada akhlak tercela. Jika Anda memiliki pemikiran bahwa kenakalan ada fase-fasenya, maka hal ini tidaklah keliru. Dan sebaiknya jangan pernah berharap akan bisa menemui fase tertinggi kenakalan anak.

Hal ini akan sangat menyengsarakan kita sebagai orang tua yang punya keinginan menjadikan buah hatinya sebagi figur sukses, berhasil, dan berakhlak mulia. Ini harapan, yang hanya akan jadi sebatas harapan jika tidak didukung oleh upaya nyata.

Upaya nyata seperti apa yang harus kita lakukan, tentu ada banyak jenisnya. Mulai dari yang sederhana saja, yaitu ucapan. Ucapan orang tua, sebaiknya dasarnya adalah karena nasehat. Dengan niat nasehat maka anak tidak akan merasa jengah atau kesal karena mendapatkan nasehat.

Namun juga, nasehat yang diberikan pun sebaiknya tidak dengan cara mendudukkan anak dan ia diminta mendengarkan omongan kita. Era sekarang harus disesuaikan dengan era si anak yang kurang mau jika dinasehati dengan cara duduk dan mendengarkan. Mereka lebih suka dengan pendekatan versi pertemanan, yaitu yang menempatkan orang tua layaknya kawan sendiri.

Kita pun tak perlu merasa tersinggung dengan model ini. Memang beginilah mereka, dan begitulah kita harus menyesuaikannya. Ada satu nasehat yang agak bisa menaklukkan kenakalan mereka, untuk menyadarkan mereka, bahwa kenakalan adalah sebuah bentuk keangkuhan.

Tanyakan pada si anak, apakah benar kamu adalah anak angkuh, ingin dikenal angkuh, dan faktor apa yang mendasari keangkuhan mereka. Tanyakan pula hal apa saja yang mengharuskan mereka angkuh. Apakah karena orang tua yang kaya raya, punya jabatan, punya mobil mewah, rumah bertingkat-tingkat, dan semua kebutuhan anak selalu terpenuhi.

Sentuh hatinya dengan pilihan kata sejuk, dengan menundukkan gerak mata mereka secara halus perlahan, hingga kita bisa menemukan figur anak kita yang sebenarnya. Semoga cara ini bisa membantu. (hasca)