PELANGGARAN ETIKA TELEOLOGI DAN DEONTOLOGI

Views: 80

Pers Indonesia mengalami masa kebebasan setelah Presiden Soeharto lengser. Fenomena kebebasan pers, saat ini mulai dirasakan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Siapa pun bisa dan boleh menulis apapun, tanpa perlu lagi mempertimbangkan aspek etika dan estetika. Apakah hal ini akan terus dibiarkan?

Negara sebagai pengatur warganya pasti punya ketentuan, salah satunya sudah ada bukti diterapkannya UU ITE. Yang salah nulis, salah ngomong, bisa dijerat pakai undang-undang ini. Bukan maksud negara membatasi kebebasan berekspresi, tapi lebih ke tatanan norma dan sopan santun yang lebih baik. Itu saja sih maksudnya.

Inilah dalih yang kerap dijadikan media melakukan eksploitasi informasi hingga tanpa batas. Sesuka mereka mau nulis atau memberitakan apa, asal bisa menaikkan rating, ya tetap saja diunggah. Entah siapa yang sakit hati, atau siapa yang tergerus nuraninya, seakan tak perlu dirisaukan lagi.

Sejak dulu, para ahli sudah memprediksi kejadian ini dan mereka membatasinya teorinya pada ranah etika teleologi dan deontologi akibat ditemukannya bukti bahwa media saat ini telah terjebak pada pemberitaan atau penyiaran informasi yang cenderung sensasional dan tendensius semata-mata untuk kepentingan ekonomi (profit making) atau perjuangan politik media (pemilik) yang bersangkutan. Makna yang kedua terkait dengan persoalan etika sebab media seharusnya menjadi portal dan kontrol sosial di masyarakat. Kenyataannya ternyata tidak demikian.

Oleh karena itu, aspek etika teleologi dan deontologi dirasa lebih sesuai untuk menegaskan posisi media yang seharusnya. Teleologi asalnya bahasa Yunani yang artinya adalah tujuan (goal), sedangkan deontologi bermakna tugas atau amanah (duty). Teori etika teleologi menjadi sebuah indikator untuk meraba kebenaran atau kesalahan sebuah tindakan atau seperangkat tindakan beserta konsekuensi yang dihasilkannya.

Adapun teori etika deontologi merupakan gagasan konseptual yang menilai sebuah tindakan atau seperangkat tindakan dalam konteks nonteleologi. Artinya, keputusan untuk bertindak akan menghasilkan kehendak yang sesuai atau tidak sesuai. Bagaimana uraian tentang hal ini, silakan disimak dalam tulisan di laman ini, esok, (hasca)