Views: 24
Persahabatan adalah salah satu ikatan emosional terkuat dalam hidup manusia. Di dalamnya, kita berbagi cerita, rahasia, tawa, bahkan air mata. Namun, bagaimana jika orang yang kita anggap sahabat justru menjadi sumber luka yang tak terlihat? Menjadi sahabat tapi menyakiti—itulah paradoks yang seringkali sulit dijelaskan namun sangat nyata dirasakan.

Rasa sakit dari sahabat berbeda dengan rasa sakit dari orang asing. Ketika sahabat menyakiti, luka itu menembus lebih dalam karena datang dari orang yang kita percaya. Entah itu berupa pengkhianatan kecil, kata-kata kasar yang dilontarkan saat emosi, atau sikap yang merendahkan secara halus—semua bisa membuat hubungan yang tadinya hangat berubah menjadi dingin dan penuh keraguan.
Kadang, kita memaklumi perilaku mereka dengan alasan “mungkin dia sedang ada masalah” atau “memang karakternya seperti itu.” Tapi ketika luka demi luka terus dibiarkan tanpa penyembuhan, kita justru menormalkan rasa sakit dalam persahabatan. Kita mulai kehilangan batas antara kasih sayang dan pengabaian diri sendiri.
Ada banyak bentuk luka dari sahabat—mereka yang hanya datang saat butuh, yang tak pernah hadir saat kita rapuh, atau yang menjadikan kita tempat pelampiasan emosinya. Yang lebih menyakitkan adalah ketika kita menyadari bahwa mereka tahu perbuatannya melukai, tapi memilih untuk tidak peduli.
Bertahan dalam hubungan seperti ini hanya akan mengikis harga diri dan kesehatan mental kita. Persahabatan sejati seharusnya menjadi ruang untuk bertumbuh, bukan tempat di mana kita harus terus-menerus memaafkan tanpa pernah dipahami. Tidak ada salahnya memilih untuk menjaga jarak demi menyelamatkan diri.
Memang tak mudah melepaskan seseorang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup. Tapi melepaskan bukan berarti membenci—itu bisa menjadi bentuk cinta terhadap diri sendiri. Kita berhak memilih hubungan yang sehat, saling mendukung, dan membawa kedamaian, bukan luka.
Jadi, jika kamu berada dalam persahabatan yang lebih banyak menyakiti daripada menyembuhkan, mungkin ini saatnya untuk bertanya: apakah ini masih layak disebut “sahabat”? Karena sahabat sejati tidak akan pernah tega menyakitimu secara sengaja—mereka akan menjaga hatimu sebaik mereka menjaga hubungan kalian. .(hasca)