Tantangan Pendidikan Indonesia Menghadapi Era Revolusi Industri 4.o

Views: 262

Dalam rangka pelaksanaan Upacara Penyerahan Ijazah (UPI) masa 2018.1, UPBJJ UT Semarang menyelenggarakan seminar dengan tema “Tantangan Pendidikan di Era Global” pada hari Senin, 13 Agustus 2018 bertempat di Gedung Prof. Soedarto, SH Universitas Diponegoro Semarang. Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 900 calon wisudawan ini berlangsung sangat meriah. Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini Dr. Umi Dayati, M.Pd. Umi – sapaan akrab pembicara yang berasal dari Universitas Negeri Malang ini, menyatakan bahwa potret pendidikan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Keprihatinan Umi didasari oleh masih banyaknya siswa di tingkat SLTP dan SLTA yang melakukan tindakan yang tak sepatutnya dilakukan oleh anak seusia mereka.

“Misalnya ketika kita mendapati mereka merokok atau melakukan tawuran di jalan raya. Itu semua sudah terjadi hingga pelosok desa. Mereka merasa bangga jika ikut serta dalam kegiatan itu”, papar Umi.  Padahal kenyataan yang seharusnya terjadi tidak demikian. Mereka sudah diberikan pengarahan tentang pentingnya menerapkan nilai pendidikan karakter yang diperkenalkan oleh pihak sekolah. Begitu juga dam hal kesempatan mengikuti studi yang lebih tinggi, yang mengharuskan mereka memiliki track record bersih dalam proses seleksi yang diterapkan.  Untuk itu, pihak sekolah pun merasa wajib perlu menekankan hal ini agar peserta didik mereka dapat melewati proses seleksi tersebut secara baik.

“Mereka (siswa) tidak perlu lagi harus menunggu peluang yang ditawarkan, sebab ada banyak kesempatan yang ditawarkan. Tinggal mereka memilih yang diinginkan dan dinilai sesuai dengan kebutughan mereka”, tandas Umi. Begitu juga dalam dunia kerja, yang membuka kesempatan bekerja bagi siswa setelah mereka lulus dari sekolah. Umi pun memberikan analogi manusia ke dalam satu contoh binatang serupa cicak dan laba-laba. Cicak memiliki waktu untuk membarterkan waktunya ketika akan menangkap mangsa. Begitu juga dengan laba-laba, yang memanfaatan kemampuannya dalam menarik jaring laba-laba, menguatkan kaitan jaring, dan memasang umpan untuk calon korbannya.

Dua contoh tersebut dapat dapat juga diterapkan oleh manusia ketika harus menjalankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, bergantung pada kebutuhan. Kenyataan yang juga memprihatinkan yaitu institusi pendidikan tinggi hanya mencetak person yang selesai belajar dan bukan yang siap bekerja. “Untuk bisa menyesuaikan diri dengan dunia kerja, alumni perguruan tinggi harus belajar lagi tentang dunia kerja yang sebenarnya. Itulah yang belum disiapkan oleh kita, utamanya perguruan tinggi. Padahal dunia kerja kita membutuhkan multitalent yang harus dimiliki oleh pekerjanya. Bukan hanya bisa satu hal saja, tapi harus serba bisa di semua bidang”. Di ujung kegiatan seminar ini Umi berharap agar alumni UT dapat mulai menyiapkan diri untuk mampu bersiap diri dengan berbagai bidang sehingga bisa ‘berbicara’ di dunia luar dengan kompetensi yang dimiliki. (andiw – hasca)

Materi lengkap sajian seminar dapat diunduh disini !