Views: 66
Universitas Terbuka (UT) Semarang sudah sejak lama dikenal sebagai UPBJJ garang dengan berbagai prestasi. Belum lama ini, Maula Mega Santika, mahasiswa UPT-UT Semarang Program Studi S1 Ilmu Hukum ini berhasil menyisihkan lawan-lawannya dari seluruh penjuru tanah air dan berhasil meraih medali emas. Dibawah asuhan M.Teguh Susianto, M. Pd. dan Nur Amani, SE, Mega berhasil membawa pulang medali emas dari cabang olah raga pencak silat.
Hobi yang ditekuni gadis yang berdomisili di Kabupaten Batang ini tergolong mendebarkan, sebab acap kali ia akan maju bertanding, orang tuanya selalu mewanti-wanti untuk selalu menjaga kondisi fisiknya. Namun untuk masalah mental, anak dari pasangan Nuryadi dan Wahyuningsih ini punya bekal kuat. Ia yang tampak anggun di luar arena, ternyata punya sisi galak ketika harus melibas lawan. “Saya sudah sejak SLTP ikut beladiri, karena olahraga jenis ini benar-benar harus menunjukkan kemampuan pribadi.
Tak beda jauh dengan UT yang sangat tangguh dalam hal mengadu kepintaran dan menimba ilmu, pencak silat pun demikian adanya. Di Kejurnas Pandu Samudra, Mega juga turut serta, dan meraih medali emas. Gadis yang menyukai masakan Jawa ini memang sudah punya obsesi untuk menembus juara tingkat nasional. “Saya akan berusaha sekuat tenaga supaya bisa ikut ke jenjang yang lebih tinggi”, harap dara kelahiran 4 Juli 1998 ini.
“Saya suka beladiri. Awalnya lihat di televisi dan kayaknya menarik. Pas SMP saya ikut klub pencak silat di Perguruan Inseba Kabupaten Batang”, ujarnya mengenang. Bagi putri seorang buruh bangun ini, dirinya memang mengidentikkan beladiri dengan kuliah di UT. “Sama-sama harus berjuang dan mandiri”. Beberapa kejuaraan yang pernah diikuti antara lain juara 2 Popda Provinsi pada tahun 2014 dan 2015, juara 3 dulongmas tingkat provinsi pada tahun 2016, dan juara 1 Inseba Cup tahun 2015. Deretan prestasi ini sudah sangat membanggakan Mega, namun ia merasa harus tetap membumi. “Saya pernah dikucilkan di kampung karena keinginan saya jadi atlet beladiri. Apalagi kondisi keluarga saya yang tidak mampu seperti ini semakin mempekuat cibiran orang terhadap saya. Kini alhamdulillah, saya bisa meraih prestasi tanpa melakukan ‘perlawanan’ pada tetangga”, kata Mega sambil tertawa.
Ia tak memikirkan menang atau kalah. Yang ada di benaknya hanya maju tanding dan harus berani. Ketika diwawancarai, Mega berujar bahwa niatnya bertanding tidak hanya sampai di sini. “Saya mau ikut yang kejuaraan internasional Januari nanti. Pokoknya ikut aja, dan saya tetap akan berlatih keras di klub saya”, papar pemenang di kelas B puteri (50-55 kg) yang juga menjadi instruktur ekstra kurikuler pada SMAN 5 Kabupaten Batang.
Selain Mega, ada juga Faradila Radika NF. Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan ini juga pretasinya patut dibanggakan. Di berbagai ajang, gadis kelahiran 15 Februari 1999 ini mampu meraih berbagai prestasi di bidang seni. Kemampuannya meliukkan tubuh dengan tarian rampak rebana memberikan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka(UT) ini mendapatkan beberapa penghargaan di ajang bergengsi, seperti lomba tari dari tingkat lokal hingga nasional.
Berpasangan dengan M Safrudin, Dila – panggilan akrab gadis yang tinggal di Jalan Sumatera 100 Kota Pekalongan ini – mampu menyisihkan beberapa peserta dari berbagai daerah. Diakui oleh karyawan di salah satu swalayan terkemuka di Kota Pekalongan ini, bahwa ia tak pernah mengikuti sanggar tari apapun. Semuanya otodidak. “Saya nggak punya pelatih, jadi yang belajar sendiri, dengan peralatan seadanya’, ucap Dila. Meskipun demikian, alumni SMKN 2 Kota Pekalongan ini pun berharap, agar dalam beberapa event ia bisa meraih prestasi lebih banyak lagi, demi mengharumkan nama besarkeluarga dan Universitas Terbuka. (hasca)