Komparasi Nirada tentang Bea Cukai dan UT

Views: 160

Sebagai pengawas lalu lintas barang impor, Nirada Manggal sibuknya luar biasa. Anak pasangan Irawan Tejo Kusumo dan Cicik Sri Mulyani ini, kini tercatat sebagai Pemeriksa Ahli Pertama Kantor Bea dan Cukai Semarang. Dengan postur tubuh tinggi kekar, Nirada memang layak jika dijuluki portal. Ya karena keangkeran wajah dan postur tubuh itulah, ia sangat disegani para importir.

“Mereka nggak bisa main-main barang masuk ke Semarang, Mas. Saya nggak mau kalau Semarang dan sekitarnya diacak-acak sama barang-barang yg nggak jelas. Semua harus ‘bersih’ dan nggak ada main mata”, ujarnya ketika ditanya tim redaksi UT Semarang perihal tantangan kerja di Bea dan Cukai.

Baginya, pola kerja di bea dan cukai, sama dengan sistem belajar di UT. Tegas dan tidak ada kompromi, apalagi yang ada kaitannya dengan ketegasan akademik. Nirada mencoba membandingkan begitu ketatnya belajar di UT, demi membentuk kualitas alumni yang begitu tangguh dan mandiri.

Adapun kawasan yang jadi tanggung jawab Nirada adalah kawasan berikat. “Kalau ada barang impor masuk semacam kain dan mesin, yang dari sananya memang bebas pajak, ya silakan masuk. Bebas pajak, ya bebas aja – sebab ada produk-produk yang memang bebas dalam rangka impor, dan selanjutnya diolah di sini, terus diekspor ke luar lagi”, kata suami guru SLB di kota Semarang ini tegas.

Nirada juga mengisahkann jika dirinya selalu di-“rolling” pindah kota atau kabupaten tiap 6 bulan sekali. “Memang, sebagai PNS Pusat, saya harus ikut aturan kantor, yang tiap saat harus siap dipindah tugas. Nggak ada tawar-menawar, Mas”, ucap alumni S1 Manajemen Universitas Terbuka (UT) Semarang peraih IPK sempurna, 4,0 ini. Beberapa wilayah yang pernah ia singgahi jadi tempat tugas antara lain Jakarta, Bangka Belitung, dan Batam. Tiga lokasi ini, menurut anak pesiunan pabrik jamu Nyonya Meneer ini butuh perhatian khusus.

Disinggung tentang rencana studi lanjut, anak guru seni tari SMAN 12 Semarang ini mengatakan akan melanjutkan studi di UT. “Yang S2 pengin saya ikut, supaya saya bisa meraih mimpi sebab dari mimpi itulah semuanya bisa tercapai”. (hasca)